Inflasi dengan Pengangguran
BAB I
PENDAHULUAN
- Latar Belakang
Dalam suatu Negara pasti terdapat
suatu perekonomian, tanpa perekonomian Negara tidak akan bisa membangun
negaranya, namun dalam pembangunan tersebut pastilah ada beberapa kendala atau
yang sering kita sebut dengan masalah-masalah pokok yang dihadapi dalam
perekonomian. Dalam makalah ini kami akan membahas tentang masalah perekonomian
yang yang sering terjadi pada suatu Negara contohnya saja seperti Indonesia, di
Indonesia ada dua indikator kinerja
perekonomian yang terus-menerus diamati oleh Bank Sentral yaitu tentang inflasi dan pengangguran.
Bagaimana kedua ukuran kinerja perekonomian ini dapat saling berkaitan? Kita
melihat bahwa tingkat pengangguran alamiah bergantung pada berbagai ciri pasar
tenaga kerja, seperti peraturan upah minimum, kekuasaan pasar serikat pekerja,
peranan upah efisiensi dan seberapa efektifnya proses pencarian kerja.
Sebaliknya tingkat inflasi terutama sekali bergantung pada jumlah uang yang
beredar yang dikendalikan oleh bank sentral, oleh sebab itu, pada jangka panjang inflasi dan pengangguran
secara garis besar bukanlah dua masalah yang saling berkaitan. Namun, menurut
A. W Phillis dalm teori Kurva Phillips inflasi dan pengangguran sangat
berkaitan dan memiliki hubungan yang membawa dampak negative.
Jadi Inflasi dan pengangguran adalah
dua masalah ekonomi utama yang dihadapi setiap masyarakat. Kedua masalah ini dapat mewujudkan beberapa
efek buruk yang tentunya bersifat ekonomi, politik dan sosial. Untuk
menghindari beberapa efek buruk yang mungkin timbul, berbagai kebijakan ekonomi
perlu dijalankan oleh pemerintah untuk
mengatasinya yaitu dengan membuat kebijakan
moneter dan kebijakan fiscal dari kebijakan tersebut dapat menggeser kurva
permintaan agregat. Oleh sebab itu, kebijakan moneter dan fiskal dapat
memindahkan perekonomian sepanjang kurva phillips. Kenaikan jumlah uang yang
beredar, peningkatan pengeluaran pemerintah atau pemotongan pajak meningkatkan
permintaan agregat dan memindahkan perekonomian ke suatu titik pada kurva
phillips dengan tingkat pengangguran yang lebih rendah dan inflasi yang lebih
tinggi. Dan begitu juga sebaliknya. Dengan pemahaman ini kurva phillips
menawarkan pilihan-pilihan kombinasi antara inflasi dan penangguran kepada para
pembuat kebijakan (Mankiw, 2006:364).
2.
Rumusan Masalah
Dalam pembahasan materi mengenai “Inflasi dan Pengangguran”
kami mengangkat rumusan masalah yaitu:
1)
Bagaimana penjelasan mengenai Inflasi?
2)
Bagaimana penjelasan mengenai Pengangguran?
3)
Bagaimana hubungan antara tingkat harga dan pengangguran?
3.
Tujuan
Tujuan dalam makalah ini adalah agar mahasiswa dapat mengetahui tentang masalah-masalah
pokok perekonomian yang terjadi. Dalam makalah ini mahasiswa dapat memahami
tentang pengertian tentang Inflasi, Pembagian dan contoh Inflasi, apa yang
menyebabkan Inflasi, dampak Inflasi bagi suatu Negara, cara mengatasi atau cara
mencegah Inflasi tersebut. Dan mahasiswa dapat memahami tentang Pengangguran
mulai dari pengertian Pengangguran, Pembagian dari pengangguran itu sendiri,
apa yang menyebabkan terjadinya pengangguran, dampak dari pengangguran dan cara
mengatasi masalah Pengangguran tersebut.
BAB II
PEMBAHASAN
A. PENGERTIAAN INFLASI
Pengertian inflasi
menurut beberapa ahli :
1.
Inflasi menurut Marcus
Menurut marcus
mengungkapkan bahwa inflasi yaitu sebuah nilai pada saat tingkat dari suatu
harga barang atau pun jasa umumnya yang sedang mengalami kenaikan.
2.
Inflasi menurut Mc. Eachern
Inflasi adalah suatu
keadaan yang di mana kenaikan secara terus menerus di dalam rata-rata tingkat
suatu harga. Jika tingkat harga itu
berfluktuasi, maksudnya dengan keadaan pada bulan ini naik bila pada bulan
depannya lagi turun, bila pada saat setiap kenaikan kerja itu bukanlah termasuk
dalam suatu inflasi.
Dari kedua pendapat
tersebutdapat kita simpulkan yaitu inflasi
adalah suatu proses meningkatnya harga-harga secara umum dan terus-menerus
(continue) berkaitan dengan mekanisme pasar yang dapat disebabkan oleh berbagai
faktor, antara lain, konsumsi masyarakat yang meningkat, berlebihnya likuiditas
di pasar yang memicu konsumsi atau bahkan spekulasi, sampai termasuk juga
akibat adanya ketidaklancaran distribusi barang.
Dengan kata lain, inflasi juga merupakan
proses menurunnya nilai mata uang secara kontinu. Inflasi adalah
proses dari suatu peristiwa, bukan tinggi-rendahnya tingkat harga. Artinya,
tingkat harga yang dianggap tinggi belum tentu menunjukan inflasi. Inflasi
adalah indikator untuk melihat tingkat perubahan, dan dianggap terjadi jika
proses kenaikan harga berlangsung secara terus-menerus dan saling
pengaruh-memengaruhi. Istilah inflasi
juga digunakan untuk mengartikan peningkatan persediaan uang yang
kadangkala dilihat sebagai penyebab meningkatnya harga. Ada banyak cara untuk
mengukur tingkat inflasi, dua yang paling sering digunakan adalah CPI dan GDP Deflator.
Tujuan jangka
panjang pemerintah adalah menjaga agar tingkat inflasi yang berlaku berada pada
tingkat yang sangat rendah. Tingkat inflasi nol persen bukanlah tujuan utama
kebijakan pemerintah karena sukar untuk dicapai. Yang paling penting untuk
diusahakan adalah menjaga agar tingkat inflasi tetap rendah. Adakalanya tingkat
inflasi meningkat dengan tiba-tiba atau wujud sebagai akibat suatu peristiwa
tertentu yang berlaku di luar ekspektasi pemerintah, misalnya efek dari
pengurangan nilai uang (depresiasi nilai uang) yang sangat besar atau
ketidakstabilan politik. Menghadapi masalah inflasi yang bertambah cepat ini
pemerintah akan menyusun langkah-langkah yang bertujuan agar kestabilan
harga-harga dapat diwujudkan kembali.
Berdasarkan sifatnya
inflasi dibagi menjadi 4 kategori utama, yaitu sebagai berikut:
- Inflasi merayap/rendah (creeping inflation) adalah inflasi yang masih belum begitu mengganggu keadaan ekonomi. Inflasi ini dapat dengan mudah dikendalikan. Harga-harga yang naik secara umum, namun belum menimbulkan krisis di bidang ekonomi. Inflasi ringan berada di bawah 10% per tahun.
·
Inflasi menengah (galloping inflation), inflasi ini belum
membahayakan kegiatan ekonomi. Tetapi inflasi ini bisa menurunkan kesejahteraan
orang-orang berpenghasilan tetap. Inflasi sedang berkisar antara 10%-30% per
tahun.
·
Inflasi berat (high inflation), inflasi ini sudah
mengacaukan kondisi perekonomian. Pada inflasi berat ini, biasanya orang
cenderung menyimpan barang. Dan pada umumnya orang mengurungkan niatnya untuk
menabung, karena bunga pada tabungan lebih rendah daripada laju inflasi.
Inflasi berat berkisar antara 30%-100% per tahun.
·
Inflasi sangat berat (Hyperinflation), inflasi jenis ini
sudah mengacaukan kondisi perekonomian dan susah dikendalikan walaupun dengan
kebijakan moneter dan kebijakan fiskal. Inflasi yang sangat berat berada pada
100% keatas setiap tahun. Pada kondisi ini masyarakat tidak ingin lagi
menyimpan uang, karena nilainya merosot sangat tajam, sehingga lebih baik
ditukarkan dengan barang.
.
Berdasarkan asalnya inflasi dibagi menjadi
dua, yaitu:
§ Inflasi yang berasal dari dalam
negeri (domestic inflation) yang timbul karena terjadinya defisit dalam
pembiayaan dan belanja negara yang terlihat pada anggaran belanja negara.Untuk
mengatasinya biasanya pemerintah mencetak uang baru. Selain itu harga-harga naik
dikarenakan musim paceklik (gagal panen), bencana alam yang berkepanjangan dan
sebagainya.
§ Inflasi yang berasal dari luar negeri.Karena
negara-negara yang menjadi mitra dagang suatu negara mengalami inflasi yang
tinggi, dapatlah diketahui bahwa harga-harga dan juga ongkos produksi relatif
mahal, sehingga bila terpaksa negara lain harus mengimpor barang tersebut maka
harga jualnya di dalam negeri tentu saja bertambah mahal.
- Demand Pull Inflation, inflasi ini timbul karena adanya permintaan keseluruhan yang tinggi di satu pihak, di pihak lain kondisi produksi telah mencapai kesempatan kerja penuh (full employment), akibatnya adalah sesuai dengan hokum permintaan, bila permintaan banyak sementara penawaran tetap, maka harga akan naik. Dan bila hal ini berlangsung secara terus-menerus akan mengakibatkan inflasi yang berkepanjangan. Oleh karena itu, untuk mengatasinya diperlukan adanya pembukaan kapasitas produksi baru dengan penambahan tenaga kerja baru.
- Cost Push Inflation, inflasi ini disebabkan turunnya produksi karena naiknya biaya produksi (naiknya biaya produksi dapat terjadi karena tidak efisiennya perusahaan, nilai kurs mata uang negara yang bersangkutan jatuh/menurun, kenaikan harga bahan baku industri, adanya tuntutan kenaikan upah dari serikat buruh yang kuat dan sebagainya). Akibat naiknya biaya produksi, maka dua hal yang bisa dilakukan oleh produsen, yaitu: pertama, langsung menaikkan harga produknya dengan jumlah penawaran yang sama, atau harga produknya naik (karena tarik menarik permintaan dan penawaran) karena penurunan jumlah produksi.
Inflasi merayap
adalah proses kenaikan harga-harga yang lambat jalannya. Yang digolongkan
kepada inflasi ini adalah kenaikan harga-harga yang tingkatnya tidak melebihi
dua atau tiga persen setahun. Malaysia dan Singapura adalah dua dari
negara-negara yang tingkat inflasinya dapat digolongkan sebagai inflasi merayap.
Hyperinflation
adalah proses kenaikan harga-harga yang sangat cepat, yang menyebabkan tingkat
harga menjadi dua atau beberapa kali lipat dalam masa yang singkat. Di
Indonseia, sebagai contoh, pada tahun 1965 tingkat inflasi adalah 500 persen
dan pada tahun 1966 ia telah mencapai 650 persen. Ini berarti tingkat
harga-harga naik 5 kali lipat pada tahun 1965 dan 6,5 kali lipat dalam tahun
1966.
Di negara-negara berkembang adakalanya tingkat inflasi tidak
mudah dikendalikan. Negara-negara tersebut tidak menghadapi masalah hyperinflation,
akan tetapi juga tidak mampu menurunkan inflasi pada tingkat yang sangat
rendah. Secara rata-rata di sebagian negara tingkat inflasi mencapai di antara
5 hingga 10 persen. Inflasi dengan tingkat yang seperti itu digolongkan sebagai
inflasi rendah atau moderate inflation.
C.
PENYEBAB TERJADINYA INFLASI
Teori-Teori Penyebab Inflasi
Sering timbul
pertanyaan mengapa inflasi itu terjadi. Pertanyaan itu dapat dijawab dengan
mengemukakan teori-teori inflasi. Ada tiga teori yang membahas mengapa inflasi
itu terjadi, yaitu teori kuantitas, teori Keynes, dan teori struktural.
- Teori Kuantitas : Sebagaimana diungkapkan sebelumnya, kaum klasik berpendapat bahwa tingkat harga ditentukan oleh jumlah uang yang beredar. Harga akan naik jika ada penambahan uang yang beredar. Jika jumlah barang yang ditawarkan tetap, sedangkan jumlah uang ditambah menjadi dua kali lipat, maka cepat atau lambat harga akan naik menjadi dua kali lipat.
- Teori Keynes : Keynes melihat bahwa inflasi terjadi karena nafsu berlebihan dari suatu golongan masyarakat yang ingin memanfaatkan lebih banyak barang dan jasa yang tersedia. Karena keinginan memenuhi kebutuhan secara berlebihan, permintaan bertambah, sedangkan penawaran tetap, yang akan terjadi adalah harga akan naik, pemerintah dapat membeli barang dan jasa dengan cara mencetak uang, misalnya inflasi juga dapat terjadi karena keberhasilan pengusaha memperoleh kredit. Kredit yang diperoleh ini digunakan untuk membeli barang dan jasa sehingga permintaan agregat meningkat, sedangkan penawaran agregat tetap. Kondisi ini berakibat pada kenaikan harga-harga.
- Teori Struktural : Teori ini menyorot penyebab inflasi dari segi struktural ekonomi yang kaku. Produsen tidak dapat mengantisipasi cepat kenaikan permintaan yang disebabkan oleh pertambahan penduduk. Permintaan sulit dipenuhi ketika ada kenaikan jumlah penduduk.
Penyebab Inflasi
Inflasi disebabkan
oleh kenaikan permintaan dan kenaikan biaya produksi. Penjelasan lebih lanjut
untuk kedua penyebab inflasi tersebut adalah sebagai berikut.
a. Inflasi karena kenaikan permintaan (Demand Pull
Inflation)
Inflasi seperti ini
terjadi karena adanya kenaikan permintaan untuk beberapa jenis barang. Dalam
hal ini, permintaan masyarakat meningkatkan secara agregat (aggregate demand).
Peningkatan permintaan ini dapat terjadi karena peningkatan belanja pada
pemerintah, peningkatan permintaan akan barang untuk diekspor, dan peningkatan
permintaan barang bagi kebutuhan swasta. Kenaikan permintaan masyarakat
(aggregate demand) ini mengakibatkan harga-harga naik karena penawaran
tetap.
b. Inflasi karena biaya produksi (Cos Pull Inflation)
Inflasi seperti ini
terjadi karena adanya kenaikan biaya produksi. Kenaikan pada biaya produksi
terjadi akibat karena kenaikan harga-harga bahan baku, misalnya karena
keberhasilan serikat buruh dalam menaikkan upah atau karena kenaikan harga
bahan bakar minyak. Kenaikan biaya produksi mengakibatkan harga naik dan
terjadilah inflasi.
c. Inflasi karena jumlah uang yang beredar bertambah
Teori ini diajukan
oleh kaum klasik yang mengatakan bahwa ada hubungan antara jumlah uang yang
beredar dan harga-harga. Bila jumlah barang itu tetap, sedangkan uang beredar
bertambah dua kali lipat maka harga akan naik dua kali lipat. Penambahan jumlah
uang yang beredar dapat terjadi misalnya kalau pemerintah memakai sistem
anggaran defisit. Kekurangan anggaran ditutup dengan melakukan pencetakan uang
baru yang mengakibatkan harga-harga naik.
Inflasi umumnya
memberikan dampak yang kurang menguntungkan dalam perekonomian, akan tetapi
sebagaimana dalam salah satu prinsip ekonomi bahwa dalam jangka pendek ada trade
off antara inflasi dan pengangguran menunjukkan bahwa inflasi dapat
menurunkan tingkat pengangguran, atau inflasi dapat dijadikan salah satu cara
untuk menyeimbangkan perekonomian Negara, dan lain sebagainya. Secara khusus
dapat diketahui beberapa dampak baik negatif maupun positif dari inflasi adalah
sebagai berikut.
Dampak
Negatif
- Bila harga secara umum naik terus-menerus maka masyarakat akan panik, sehingga perekonomian tidak berjalan normal, karena disatu sisi ada masyarakat yang berlebihan uang memborong sementara yang kekurangan uang tidak bisa membeli barang akibatnya negara rentan terhadap segala macam kekacauan yang ditimbulkannya.
- Sebagai akibat dari kepanikan tersebut maka masyarakat cenderung untuk menarik tabungan guna membeli dan menumpuk barang sehingga banyak bank di rush akibatnya bank kekurangan dana berdampak pada tutup (bangkrut ) atau rendahnya dana investasi yang tersedia.
- Produsen cenderung memanfaatkan kesempatan kenaikan harga untuk memperbesar keuntungan dengan cara mempermainkan harga di pasaran.
- Distribusi barang relative tidak adil karena adanya penumpukan dan konsentrasi produk pada daerah yang masyarakatnya dekat dengan sumber produksi dan yang masyarakatnya memiliki banyak uang.
- Bila inflasi berkepanjanagn produsen banyak yang bangkrut karena produknya relatif akan semakin mahal sehingga tidak ada yang mampu membeli.
- Jurang antara kemiskinan dan kekayaan masyarakat semakin nyata yang mengarah pada sentimen dan kecemburuan ekonomi yang dapat berakhir pada penjarahan dan perampasan.
Dampak
Negatif
- Masyarakat akan semakin selektif dalam mengkonsumsi, produksi akan diusahakan seefisien mungkin dan konsumtifme dapat ditekan.
- Inflasi yang berkepanjangan dapat menumbuhkan industri kecil dalam negeri menjadi semakin dipercaya dan tangguh.
- Tingkat pengangguran cenderung akan menurun karena masyarakat akan tergerak untuk melakukan kegiatan produksi dengan cara mendirikan atau membuka usaha.
E.
CARA MENCEGAH INFLASI
a)
Kebijakan Moneter
Sasaran kebijakan moneter dicapai melalui pengaturan jumlah
uang beredar. Bank Sentral dapat mengatur uang giral melalui peralatan moneter
yaitu :
(1) Pelaksanaan Operasi Pasar Terbuka (Open Market
Operation) dimana pengendalian jumlah uang beredar oleh Bank Sentral dengan
cara menjual atau membeli surat-surat berharga. Untuk meningkatkan jumlah uang
beredar, Bank Sentral menjual surat-surat berharga. Sedangkan untuk menurunkan
jumlah uang beredar, Bank Sentral membeli surat-surat berharga.
(2) Penetapan Tingkat Diskonto (Discount Rate Policy)
yang merupakan tingkat bunga yang ditetapkan Bank Sentral sebagai pinjaman yang
diberikan kepada Bank Umum.
(3) Penetapan Rasio Cadangan Wajib Minimum (Reserve
Requirement) yaitu proporsi cadangan minimum yang harus dipegang Bank
umum atas simpanan masyarakat yang dimiliki. Untuk menekan laju inflasi
cadangan minimum ini dinaikkan sehingga jumlah uang menjadi lebih kecil.
b)
Kebijakan Fiskal
Kebijakan fiskal menyangkut pengaturan tentang pengeluaran
pemerintah serta perpajakan yang secara langsung dapat mempengaruhi permintaan
total dan dengan demikian akan mempengaruhi harga. Inflasi dapat dicegah
melalui penurunan permintaan total. Kebijakan fiskal yang berupa pengurangan pengeluaran
pemerintah serta kenaikan pajak akan dapat mengurangi permintaan total,
sehingga inflasi dapat ditekan.
c)
Kebijakan yang Berkaitan dengan Output
Kenaikan output dapat memperkecil laju inflasi. Kenaikan
jumlah output ini dapat dicapai misalnya dengan kebijaksanaan penurunan bea
masuk sehingga impor cenderung meningkat. Bertambahnya jumlah barang dalam
negeri cenderung menurunkan harga.
d) Kebijakan
Penentuan Harga dan Indexing
Ini dilakukan dengan penentuan harga, serta didasarkan pada
indeks harga tertentu untuk gaji ataupun upah (gaji/upah secara riil tetap).
Kalau indeks harga naik,gaji atu upah juga dinaikkan.
Pengangguran atau
orang yang menganggur adalah mereka yang tidak mempunyai pekerjaan dan sedang
tidak aktif mencari pekerjaan. Kategori orang yang menganggur biasanya adalah
mereka yang tidak memiliki pekerjaan pada usia kerja dan masanya kerja. Usia
kerja biasanya adalah usia yang tidak dalam masa sekolah tetapi di atas usia
anak-anak (relatif di atas 6 – 18 tahun, yaitu masa pendidikan dari SD – tamat
SMU). Sedangkan di atas usia 18, namun masih sekolah dapatlah dikategorikan
sebagai penganggur, meski untuk hal ini masih banyak yang memperdebatkannya.
Pengangguran pada
dasarnya tidak bisa dihilangkan sepenuhnya, karena bagaimanapun baik dan
hebatnya kemampuan suatu bangsa dalam menangani perekonomiannya, tetap saja
pengangguran itu ada. Akan tetapi mashab klasik dengan salah satu teorinya yang
terkenal sebagai hukum “Say” dari Jean Baptiste Say yang mengatakan bahwa
“Supply creats its own demand” atau penawaran menciptakan permintaannya sendiri
menjelaskan bahwa bila ini benar terjadi, maka pengangguran tidak akan ada, dan
bila pun ada tidak akan berlangsung lama, karena akan pulih kembali. Cara
kerjanya sederhana, bahwa apabila produsen menghasilkan barang dalam jumlah
tertentu maka akan segera habis dikonsumsi masyarakat. Pada saat yang sama
misalkan terdapat para pencari kerja, oleh karena produsen akan lebih baik
menghasilkan barang dalam jumlah banyak untuk memperbesar keuntungan tanpa
takut risiko gagal dalam penjualan, maka semua pencari kerja itu akan terserap
untuk mengisi lowongan baru yang disediakan oleh produsen atau perusahaan, dan ini berlangsung terus. Akan
tetapi, pada kenyataannya tidak satu pun negara di dunia ini yang bisa
menerapkan teori ini, alasannya yaitu pasar persaingan sempurna tidak akan bisa
dan tidak akan pernah terjadi, dikarenakan syaratnya yang tidak mungkin bisa
dipenuhi.
Pengangguran selalu
menjadi masalah, bukan saja karena pengangguran berarti pemborosan dana dan
juga memberikan dampak sosial yang tidak baik misalkan akan semakin
meningkatnya tindakan kriminal dan pelanggaran moral. Akan tetapi, di sisi lain
pengangguran atau menganggur umumnya dilakukan dengan suka rela, baik karena
memilih pekerjaan, menunggur pekerjaan yang sesuai, keluar dari pekerjaan lama
untuk mencari pekerjaan baru karena alasan jenuh, bosan atau tidak cocok dengan
pekerjaan dan perusahaan, dan berbagai macam alasan lainnya.
TUJUAN KEBIJAKAN PEMERINTAH
Tujuan Bersifat Ekonomi
Tujuan untuk
mengatasi pengangguran didasarkan kepada pertimbangan – pertimbangan yang
bersifat ekonomi. Dalam hal ini ada tiga hal pertimbangan utama : untuk
menyediakan lowongan pekerjaan baru, untuk meningkatkan taraf kemakmuran
masyarakat dan memperbaiki kesamarataan pembagian pendapatan.
- Menyediakan Lowongan Pekerjaan
Dalam jangka panjang
usaha mengatasi pengangguran diperlukan karena jumlah penduduk yang selalu
bertambah akan menyebabkan pertambahan tenaga kerja yang terus menerus. Maka,
untuk menghindari masalah pengangguran yang semakin serius, tambahan lowongan
pekerjaan yang cukup perlu disediakan dari tahun ke tahun.
Dalam jangka pendek pengangguran dapat menjadi bertambah serius, yaitu ketika berlaku kemunduran atau pertumbuhan ekonomi yang lambat. Dalam masa seperti itu kesempatan kerja bertambah dengan lambat dan pengangguran meningkat. Menghadapi keadaan yang seperti ini usaha – usaha pemerintah untuk mengatasi pengangguran perlu ditingkatkan.
Dalam jangka pendek pengangguran dapat menjadi bertambah serius, yaitu ketika berlaku kemunduran atau pertumbuhan ekonomi yang lambat. Dalam masa seperti itu kesempatan kerja bertambah dengan lambat dan pengangguran meningkat. Menghadapi keadaan yang seperti ini usaha – usaha pemerintah untuk mengatasi pengangguran perlu ditingkatkan.
- Meningkatkan Taraf Kemakmuran Masyarakat
Kenaikan kesempatan
kerja dan penganguran sangat berhubungan dengan pendapatan nasional dan tingkat
kemakmuran masyarakat. Kenaikan kesempatan kerja menambah produksi nasional dan
pendapatan nasional. Ukuran kasar dari kemakmuran masyarakat adalah pendapatan
per kapita yang diperoleh dengan cara membagikan pendapatan nasional dengan
jumlah penduduk. Dengan demikian kesempatan kerja yang semakin meningkat dan
pengangguran yang semakin berkurang bukan saja menambah pendapatan nasional
tetapi juga meningkatkan pendapatan per kapita. Melalui perubahan ini
kemakmuran masyarakat akan bertambah.
- Memperbaiki Pembagian Pendapatan
Pengangguran yang
semakin tinggi manimbulkan efek yang buruk kepada kesamarataan pembagian
pendapatan. Pekerja yang menganggur tidak memperoleh pendapatan. Maka semakin
besar pengangguran, semakin banyak golongan tenaga kerja yang tidak mempunyai
pendapatan. Seterusnya pengangguran yang terlalu besar cenderung untuk
menurunkan upah golongan berpendapatan rendah. Sebaliknya, pada kesempatan
kerja yang tinggi tuntutan kenaikan upah akan semakin mudah diperoleh. Dari
kecenderungan ini dapat disimpulakan bahwa usaha menaikkan kesempatan kerja
dapat juga digunakan sebagai alat untuk memperbaiki pembagian pendapatan dalam
masyarakat.
Tujuan Bersifat Sosial dan Politik
Tujuan untuk
mengatasi masalah sosial dan politik tidak kalah pentingnya dengan tujuan yang
bersifat ekonomi. Tanpa kestabilan sosial dan politik, usaha – usaha untuk
mengatasi masalah ekonomi tidak dapat di capai dengan mudah. Berikut ini
diterangkan masalah sosial dan politik utama yang ingin diatasi melalui
kebijakan pemerintah mengurangi pengangguran.
- Meningkatkan Kemakmuran Keluarga dan kestabilan Keluarga
Ditinjau dari segi
mikro, tujuan ini merupakan hal yang sangat penting. Apabila kebanyakan anggota
dalam suatu rumah tangga tidak mempunyai pekerjaan, berbagai masalah akan
timbul. Pertama, keluarga tersebut mempunyai kemampuan yang terbatas untuk
melakukan perbelanjaan. Maka secara lansung pengangguran mengurangi taraf
kemakmuran keluarga. Seterusnya, pengangguran mengurangi kemampuan keluarga
untuk membiayai pendidikan anak – anaknya. “Drop-out” di sekolah – sekolah sangat
berhubungan erat dengan masalah kemiskinan. Efek psikologi ke atas rumah tangga
seperti merasa rendah diri, kehilangan kepercayaan diri dan perselisihan dalam
keluarga, merupakan masalah lain yang ditimbulakan oleh pengangguran.
- Menghindari Masalah Kejahatan
Di satu pihak
pengangguran menyebabkan para pekerja kehilangan pekerjaannya. Akan tetapi di
lain pihak, ketiadaan pekerjaan tidak akan mengurangi kebutuhan untuk
berbelanja. Seringkali yaitu apabila tidak ada tabungan dan sumber pendapatan
lain, pengangguran menghalalkan kegiatan
kejahatan. Terdapat hubungan yang erat di antar masalah kejahatan dan masalah
pengangguran, yaitu semakin tinggi pengangguran, semakin tinggi kasus
kejahatan. Dengan demikian usaha mengatasi pangangguran secara tak langsung
menyebabkan pengurangan tindak kejahatan.
- Mewujudkan Kestabilan Politik
Kestabilan ekonomi
dan pertumbuhan ekonomi yang diperlukan untuk menaikkan taraf kemakmuran
masyarakat memerlukan kestabilan politik. Tanpa kestabilan politik tidak
mungkin suatu negara dapat mencapai pertumbuhan yang cepat dan terus – menerus.
Pengangguran merupakan salah satu sumber atau penyebab dari ketidakstabilan
politik. Pengangguran menyebabkan masyarakat tidak merasa puas dengan pihak
pemerintah. Mereka merasa pemerintah tidak melakukan tindakan yang cukup untuk
masyarakat. Dalam perekonomian yang tingkat penganggurannya tinggi, masyarakat
seringkali melakukan demonstrasi dan mengemukakan kritik ke atas pemimpin –
pemimpin pemerintah. Hal seperti itu akan menimbulkan halangan untuk melakukan
investasi dan mengembangkan kegiatan ekonomi. Sebagai akibatnya perkembangan
ekonomi yang lambat semakin berkepanjangan dan keadaan pengangguran semakin
memburuk. Langkah pemerintah untuk menghindari masalah ini perlu dilakukan.
B. JENIS
– JENIS PENGANGGURAN
Bedasarkan penyebab terjadinya :
- Pengangguran friksional : sifatnya sementara disebabkan oleh kendala waktu, informasi dan kondisi geografis antara pelamar dengan pembuka lamaran pekerjaan. Ini terjadi karena pelamar kerja tidak mampu memenuhi syarat yang dibutuhkan oleh pembuka lamaran kerja.
- Pengangguran konjungtural : pengangguran yang disebabkan oleh naik turunnya siklus ekonomi.
- Pengangguran struktural : pengangguran yang diakibatkan oleh perubahan struktur ekonomi dan corak ekonomi dalam jangka panjang.
- Pengangguran musiman : keadaan menganggur yang disebabkan oleh fluktuasi ekonomi jangka pendek yang menyebabkan tenaga kerja untuk menganggur.
- Pengangguran siklikal : pengangguran yang menganggur akibat imbas naik turun siklus ekonomi sehingga permintaan tenaga kerja lebih rendah daripada penawaran kerja.
- Pengangguran teknologi : pengangguran yang disebabkan adanya perubahan tenaga manusia menjadi tenaga mesin.
- Pengangguran siklus : pengangguran yang diakibatkan oleh menurunnya kegiatan perekonomian karena terjadi resesi
Berdasarkan Cirinya :
- Pengangguran Terbuka : Pengangguran ini tercipta sebagai akibat pertambahan lowongan pekerjaan yang lebih rendah dari pertambahan tenaga kerja. Sebagai akibatnya dalam perekonomian semakin banyak jumlah tenaga kerja yang tidak dapat memperoleh pekerjaan. Efek dari keaadaan ini di dalam suatu jangka masa yang cukup panjang mereka tidak melakukan sesuatu pekerjaan. Jadi mereka menganggur secara nyata dan sepenuh waktu. Oleh karenanya dinamakan pengangguran terbuka.
- Pengangguran Tersembunyi : Di banyak negara berkembang, seringkali didapati bahwa jumlah pekerja dalam suatu kegiatan ekonomi adalah lebih banyak dari yang sebenarnya diperlukan supaya ia dapat menjalankan kegiatannya dengan efisien. Kelebihan tenaga kerja yang digunakan digolongkan dalam pengangguran tersembunyi. Contohnya yaitu pelayan restoran yang lebih banyak dari yang diperlukan dan keluarga petani dengan anggota keluarga yang besar yang mengerjakan luas tanah yang sangat kecil.
- Pengangguran Bermusim : Pengangguran ini terutama terdapat di sektor pertanian dan perikanan. Pada musim hujan penyadap karet dan nelayan tidak dapat melakukan pekerjaan mereka dan terpaksa menganggur. Pada musim kemarau pula para pesawah tidak dapat mengerjakan tanahnya. Di samping itu, pada umumnya para pesawah tidak begitu aktif di antara waktu sesudah menanam dan sudah menuai. Apabila dalam masa di atas penyadap karet, nelayan dan pesawah tidak melakukan pekerjaan lain maka mereka terpaksa menganggur. Penganggur seperti ini digolongkan sebagai pengangguran bermusim.
- Setengah Menganggur : Di negara – negara berkembang migrasi dari desa ke kota adalah sangat pesat. Sebagai akibatnya tidak semua orang yang pindah ke kota dapat memperoleh pekerjaan dengan mudah. Sebagiannya menjadi penganggur sepenuh waktu. Di samping itu ada pula yang tidak menganggur, tetapi tidak pula bekerja sepenuh waktu, dan jam kerja mereka adalah jauh lebih rendah dari yang normal. Mereka mungkin hanya bekerja satu hingga dua hari seminggu, atau satu hingga empat jam sehari. Pekerja – pekerja yang mempunyai masa kerja seperti yang dijelaskan ini digolongkan sebagai setengah menganggur atau dalam bahasa Inggris : underemployed. Dan jenis penganggurannya dinamakan underemplayment.
C. PENYEBAB
TERJADINYA PENGANGGURAN
Ada
beberapa sebab yang menimbulkan pengangguran yaitu sebagai berikut.
- Pertumbuhan penduduk yang cepat menciptakan banyak pengangguran karena meningkatnya jumlah angkatan kerja yang tidak diimbangi dengan perluasan kesempatan kerja.
- Ketidakberhasilan sektor industri. Pola investasi yang ada cenderung padat modal menyebabkan semakin kecil terjadinya penyerapan tenaga kerja.
- Angkatan kerja tidak dapat memenuhi kualifikasi persyaratan yang diminta oleh dunia kerja.
- Ketidakstabilan perekonomian, politik, dan keamanan negara. Contohnya krisis ekonomi pada pertengahan tahun 1997 juga menyebabkan terjadinya pengangguran sebanyak 15,4 juta orang.
- Pajak penghasilan (PPn) yang tinggi (progresif) akan membuat orang cenderung mengurangi jam kerja.
- Perkembangan teknologi tinggi yang tidak diimbangi oleh keterampilan dan pendidikan dari para pencari kerja.
- Tidak ada kecocokkan upah, karena tidak semua perusahaan mampu dan bersedia mempekerjakan seorang pelamar dengan tingkat upah yang diminta pelamar.
- Tidak memiliki kemauan wirausaha. Orang yang tidak punya kemauan kerja tidak akan berusaha menciptakan lapangan kerja sehingga ia harus menunggu uluran tangan dari orang lain.
- Adanya diskriminasi ras, gender, orang cacat mengakibatkan timbulnya pengangguran.
D. DAMPAK
DARI PENGANGGURAN
Pengangguran sangat
berdampak pada kehidupan perekonomian dan kehidupan sosial masyarakat.
Pertumbuhan ekonomi yang menurun, dan bahkan tingkat kesejahteraan masyarakat
yang menurun adalah salah satu dampak pengangguran. Berikut ini beberapa dampak
pengangguran terhadap perekonomian dan kehidupan sosial
- Menurunkan Aktivitas Perekonomian
Pengangguran menyebabkan turunnya daya beli masyarakat. Daya beli
masyarakat yang menurun menyebabkan turunnya permintaan terhadap barang dan
jasa. Hal ini mengakibatkan para pengusaha dan investor tidak bergairah
melakukan perluasan dan pendirian industri baru sehingga aktivitas perekonomian
menjadi turun.
- Menurunkan Pertumbuhan Ekonomi dan Pendapatan Per Kapita
Orang yang tidak bekerja (menganggur) tidak akan menghasilkan barang dan
jasa. Itu berarti semakin banyak orang yang menganggur maka PDB (Produk
Domestik Bruto) yang dihasilkan akan menurun. PDB yang menurun akan menyebabkan
turunnya pertumbuhan ekonomi sekaligus turunnya pendapatan per kapita.
- Meningkatkan Biaya Sosial
Pengangguran ternyata mengakibatkan meningkatnya biaya sosial. Karena,
pengangguran mengharuskan masyarakat memikul biaya-biaya seperti biaya
perawatan pasien yang stres (depresi) karena menganggur, biaya keamanan dan
biaya pengobatan akibat meningkatnya tidak kriminalitas yang dilakukan oleh
penganggur, serta biaya pemulihan dan renovasi beberapa tempat akibat
demonstrasi dan kerusuhan yang dipicu oleh ketidakpuasan dan kecemburuan sosial
para penganggur.
- Menurunkan Tingkat Keterampilan
Dengan menganggur, tingkat keterampilan seoramg akan menurun. Semakin
lama menganggur, semakin menurun pula tingkat keterampilan seseorang.
- Menurunkan Penerimaan Negara
Orang yang menganggur tidak memiliki penghasilan (pendapatan). Itu
berarti semakin banyak orang yang menganggur, akan semakin turun pula
penerimaan negara yang diperoleh dari pajak penghasilan.
E. CARA
MENGATASI PENGANGGURAN
Secara umum cara
mengatasi pengangguran adalah dengan meningkatkan investasi, meningkatkan
kualitas SDM, transfer teknologi dan penemuan teknologi baru, pembenahan
perangkat hukum dalam bidang ketenagakerjaan, dan lainlain. Secara teknis
kebijakan upaya-upaya ke arah itu dapat ditempuh dengan berbagai kebijakan
misalnya :
§ Menyelenggarakan bursa pasar kerja
Bursa tenaga kerja adalah penyampaian
informasi oleh perusahaan-perusahaan atau pihak-pihak yang membutuhkan tenaga
kerja kepada masyarakat luas. Tujuan dari kegiatan ini adalah agar terjadi
komunikasi yang baik antara perusahaan dan pencari kerja. Selama ini banyak
informasi pasar kerja yang tidak mampu tersosialisasikan sampai ke masyarakat,
sehingga mengakibatkan informasi lowongan kerja hanya bisa diakses oleh
golongan tertentu.
§ Menggalakkan kegiatan ekonomi
informal
Kebijakan yang
memihak kepada pengembangan sektor informal, dengan cara mengembangkan industri
rumah tangga sehingga mampu menyerap tenaga kerja. Bahwasannya kegiatan ini
telah ada lembaga pemerintah yang khusus menangani masalah kegiatan ekonomi
informal yakni Departemen Koperasi dan UKM. Selain itu dalam pengembangan
sector informal diperlukan keterpihakan dari Pemda setempat.
§ Meningkatkan keterampilan tenaga
kerja
Pengembangan sumber daya manusia dengan
peningkatan keterampilan melalui pelatihan bersertifikasi internasional. Berdasarkan
survey tentang kualitas tenaga kerja menunjukkan bahwa ranking Human
Development Index Indonesia di Asia pada tahun 2016 Indonesia mendapat
peringkat ke 116 EGDI, turun 10 peringkat dibandingkan tahun 2014 yang
menduduki peringkat ke 106. Kondisi ini masih jauh berada di bawah
negara-negara di Asia Tenggara seperti Malaysia (peringkat ke-60), Filipina
(peringkat ke-71), dan Brunei Darussalam (peringkat ke-83)Posisi pertama hingga
kelima, berturut-turut diraih oleh Inggris, Australia, Republik Korea,
Singapura, dan Finlandia. Data ini menunjukkan rendahnya kualitas sumber daya
manusia sehingga peningkatan keterampilan sangat diperlukan.
§ Meningkatkan
mutu pendidikan
Mendorong majunya
pendidikan, dengan pendidikan yang memadai memungkinkan seseorang untuk
memperoleh kesempatan kerja yang lebih baik. Dewasa ini sesuai dengan perintah
undang-undang, pemerintah diamanatkan untuk mengalokasikan dana APBN sebesar
20% untuk bidang pendidikan nasional.
§ Mendirikan pusat-pusat latihan kerja
Pusat-pusat latihan
kerja perlu didirikan untuk melaksanakan pelatihan tenaga kerja untuk mengisi
formasi yang ada.
§ Meningkatkan pertumbuhan ekonomi
Pemerintah perlu
terus meningkatkan pertumbuhan ekonomi sehingga akan memberikan peluang bagi
penciptaan kesempatan kerja.
§ Mendorong investasi
Pemerintah perlu
terus mendorong masuknya investasi baik dari dalam negeri maupun luar negeri
untuk menciptakan kesempatan kerja di Indonesia.
§ Meningkatkan transmigrasi
Transmigrasi
merupakan langkah pemerintah meratakan jumlah penduduk dari pulau yang
berpenduduk padat ke pulau yang masih jarang penduduknya serta mengoptimalkan
sumber kekayaan alam yang ada.
§ Melakukan deregulasi dan debirokrasi
Deregulasi dan
debirokrasi di berbagai bidang industri untuk merangsang timbulnya investasi
baru. Deregulasi artinya adalah perubahan peraturan aturan main terhadap
bidang-bidang tertentu. Deregulasi biasanya ke arah penyederhanaan peraturan.
Debirokrasi artinya perubahan struktur aparat pemerintah yang menangani
bidang-bidang tertentu. Debirokrasi biasanya ke arah penyederhanaan jumlah
pegawai/lembaga pemerintah yang menangani suatu urusan tertentu.
§ Memperluas lapangan kerja
Perluasan kesempatan
kerja dengan cara mendirikan industri-industri baru terutama yang bersifat
padat karya. Dengan adanya era perdagangan bebas secara regional dan
internasional sebenarnya terbuka lapangan kerja yang semakin luas tidak saja di
dalam negeri juga ke luar negeri. Ini tergantung pada kesiapan tenaga kerja
untuk bersaing secara bebas di pasar tenaga kerja internasional.
Arti inflasi dan pengangguran telah dijelaskan secara
singkat di atas, sebagaimana diketahui bahwa manakala inflasi terlalu tinggi,
maka masyarakat cenderung tidak ingin menyimpan uangnya lagi, tetapi akan
diubah dalam bentuk barang, baik barang yang siap dipakai atau harus melalui
proses produksi (membuat rumah misalnya). Sementara pengangguran adalah orang
yang tidak bekerja dan sedang mencari pekerjaan.
Dalam
kondisi tingkat inflasi yang relatif tinggi, maka secara teoritis para
pengangguran akan banyak memperoleh pekerjaan, bukan saja karena banyak
masyarakat membutuhkan tenaganya, tetapi juga para produsen seharusnya akan
memanfaatkan momentum kenaikan harga barang dengan menambah produksinya yang
tentu saja harus membuka kapasitas produksi baru dan ini tentu memerlukan
tenaga kerja baru sampai pada tingkat full employment.
Sampai
sebegitu jauh agaknya inflasi yang tinggi banyak memberikan dampak yang negatif
daripada positif bagi suatu bangsa dalam perekonomiannya. Alasannya, sederhana
saja karena banyak negara yang mengelola ekonominya tidak efisien, hambatan
investasi, dan masih tergantung sangat besar (baik dari segi kualitas maupun
kuantitas) pada bahan baku impor.
Kenyataannya
inflasi yang relatif tinggi membuat masyarakat hidup berhemat, banyak PHK dan
penurunan jumlah produksi sehingga terjadi kelangkaan barang di pasar, dan ini
justru akan menjadi inflasi yang sudah tinggi menjadi lebih tinggi.
Prof.
A. W Phillips daro London School of Economic, inggris meneliti data dari
berbagai negara mengenai tingkat pengangguran dan inflasi. Secara empiris tanpa
didasari teori yang kuat ditemukan suatu bukti bahwa ada hubungan yang terbalik
antara tingkat inflasi dan pengangguran, dalam arti apabila inflasi naik, maka
pengangguran turun, sebaliknya apabila inflasi turun, maka pengangguran naik.
Secara
teori, Lipsey menerangkan hubungan antara tingkat inflasi dengan pengangguran
melalui teori pasar tenaga kerja. Menurutnya, upah tenaga kerja akan cenderung
turun bila pengangguran relatif banyak, karena banyaknya tingkat pengangguran
mencerminkan adanya kelebihan penawaran tenaga kerja. Sebaliknya upah tenaga
kerja naik bila tingkat pengangguran relatif rendah, karena adanya kelebihan
permintaan tenaga kerja. Namun, meskipun pada suatu kondisi terdapat
keseimbangan anatara permintaan dan penawaran tenaga kerja yang memberikan
tingkat upah tertentu, pengangguran masih saja tetap ada, hal ini dikarenakan informasi
yang kurang keahlian yang tidak sesuai dengan lowongan dan sebagainya. Jadi
menurut Lipsey, sehubungan dengan teori Phillips, penawaran dan permintaan itu
menentukan tingkat upah dan perubahan tingkat upah tergantung dari adanya
kelebihan permintaan tenaga kerja. Dengan demikian, makin besar kelebihan
permintaan tenaga kerja, maka tingkat upah akan semakin besar, ini berarti
tingkat pengangguran akan semakin kecil/rendah. Karena hubungan antara
kelebihan permintaan tenaga kerja sebanding dengan kenaikan upah, maka berarti
bila tingkat upah tinggi maka pengangguran rendah, sebaliknya bila tingkat upah
rendah, maka pengangguran tinggi. Namun, bila dibalik pernyataannya menjadi
bila tingkat pengangguran tinggi, maka upah rendah dan bila pengangguran rendah,
maka upah tinggi. Perlu diingat bahwa asumsi dasar dari teori ini adalah bahwa
bila upah riil sama dengan upah nominal, dimana upah riil adalah upah nominal
dibagi dengan harga yang berlaku.
Yang menjadi pertanyaan adalah dimanakah hubungan antara
tingkat upah dengan inflasi sehubungan dengan penjelasan teoritis. Lihatlah
kembali salah satu penyebab inflasi yang dijelaskan di atas, yaitu cost push
inflation, dimana salah satu penyebab naiknya harga barang adalah adanya
tuntutan kenaikan upah, sehingga untuk mengatasi biaya produksi dan operasi,
maka harga produk dijual dengan harga relatif mahal dari sebelumnya (artinya
manakala upah tinggi, maka tingkat inflasi tinggi, dan sebaliknya)
BAB III
PENUTUP
A.
Kesimpulan
inflasi adalah suatu proses meningkatnya
harga-harga secara umum dan terus-menerus (continue) berkaitan dengan mekanisme
pasar yang dapat disebabkan oleh berbagai faktor, antara lain, konsumsi
masyarakat yang meningkat, berlebihnya likuiditas di pasar yang memicu konsumsi
atau bahkan spekulasi, sampai termasuk juga akibat adanya ketidaklancaran
distribusi barang.
Pengangguran adalah mereka yang
tidak mempunyai pekerjaan dan sedang tidak aktif mencari pekerjaan.
Dari permasalahan pokok
perekononomian tersebut ada saling keterkaitan. Keterkaitan dari Inflasi dan
Penagngguran tersebut adalah Dalam kondisi tingkat inflasi yang relatif tinggi,
maka secara teoritis para pengangguran akan banyak memperoleh pekerjaan, bukan
saja karena banyak masyarakat membutuhkan tenaganya, tetapi juga para produsen
seharusnya akan memanfaatkan momentum kenaikan harga barang dengan menambah
produksinya yang tentu saja harus membuka kapasitas produksi baru dan ini tentu
memerlukan tenaga kerja baru sampai pada tingkat full employment.
Dari pendapat ahli ekonom A. W
Phillis dalam teorimya Kurva Phillips dapat diambil kesimpulan bahwa semakin
tinggi tingkat pengangguran semakin cepat kenaikan tingkat upah dan harga; dan
semakin tinggi harapan inflasi akan semakin cepat pula kenaikan tingkat upah.
B.
Saran
Menurut kami sebaiknya pemerintah dapat mengatasi
pengangguran yang terjadi di Indonesia yaitu dengan membuka lapangan kerja atau
menyediakan lapangan kerja. Dalam menghadapi kemiskinan di zaman global
diperlukan usaha-usaha yang lebih kreatif, inovatif, dan eksploratif. Selain
itu, globalisasi membuka peluang untuk meningkatkan partisipasi masyarakat
Indonesia yang unggul untuk lebih eksploratif. Di dalam menghadapi zaman
globalisasi ke depan mau tidak mau dengan meningkatkan kualitas SDM dalam
pengetahuan, wawasan, skill, mentalitas, dan moralitas yang standarnya adalah
standar global
DAFTAR PUSTAKA
Boediono. 2001. Ekonomi Moneter.
Yogyakarta .Penerbit BPFE-YOGYAKARTA.
Christopher Pass & Bryan Lowes.1997.
Kamus Lengkap Ekonomi Edisi Kedua. Collins. Penerbit Erlangga.
Manullang.1993. Pengantar Teori
Ekonomi Moneter. Jakarta.Penerbit Ghalia Indonesia.
Nopirin. 2000.Ekonomi Moneter
Buku II. Yogyakarta. Penerbit BPFE-YOGYAKARTA.
Rudiger Dombusch, Stanley Fischer,
J. mulyadi. Makro ekonomi. Penerbit Erlangga: 1992.
Sukirno, Sadono. 2011. Makro
Ekonomi Teori Pengantar. Jakarta.
Penerbit PT. RajaGrafindo Persada.
Waluya Harry. 1993 Ekonomi
Moneter Uang dan Perbankan.jakarta.
Penerbit Rineka Cipta.
Komentar
Posting Komentar