Esai Pertarungan Tanah Melawan Tuannya (Tanah dengan Petani)



Pertarungan Tanah Melawan Sang Tuannya

 
Kita lihat dari orang-orang pedesaan yang hanya mengandalkan hasil pertaniannya untuk menghidupi kehidupannya  mereka yang selalu memutar otaknya untuk bagaimana bisa menghasilkan hasil pertanian yang melimpah namun hasil dari pemutaran otaknya itu kebanyakan orang tidak memikirkan sebuah keseimbangan. Dari beberapa percakapanku dengan orang-orang tua yang ada di tempatku mereka mengatakan bahwa hasil pertanian tidaklah seunggul seperti dulu, misalnya tanaman padi kata mereka “Beras wae saiki entuke karo rasane gak koyo ndek biyen!” yang artinya adalah “Beras saja sekarang pendapatannya sama  rasanya tidak seperti dulu!”, mungkin perbedaan pengolahan tanahnya untuk menanam padi yang sekarang dengan dulu berbeda, orang dulu katanya tidak menggunakan bahan-bahan anorganik dalam pengolahan sawahnya itu tapi berbeda dengan sekarang, sekarang banyak petani menggunakan bahan-bahan organik untuk meningkatakan hasil sawahnya memang  beras merupakan makanan pokok di Indonesia jadi wajar kalau orang-orang berkata seperti itu,  di Negara Indonesia sendiri untuk memenuhi kebutuhan berasnya selain dari  dalam negeri mereka juga melakukan kegiatan impor, hal itu dilakukan karena seiring berjalannya waktu jumlah penduduk semakin meningkat. Tapi tidak semua tempat terjamah oleh imporan tersebut khususnya orang-orang yang berada di pelosok negeri atau pedesaan, hal itulah yang membuat orang-orang desa ingin semakin meningkatkan hasil panennya, mereka memanfaatkan lahan sawahnya untuk tempat melipat gandakan padi artinya tanah mereka harus berperang dengan tuannya sendiri atau pertarungan tanah melawan sang tuan perlu adanya revitalisasi atas inisiatif orang-orang desa tersebut memang sangat bagus melihat Direktorat Jendral Tanaman Pangan telah mencanangkan sasaran peningkatan produksi nasional rata-rata 0,85%, produktivitas 0,48%, dan luas panen 0,37%. Sasaran produksi sebesar 56,68 juta ton pada tahun 2009 dan 64,90 juta ton GKG pada tahun 2025, dengan produktivitas masin-masing 4,65 ton dan 5,02 ton GKG/ha, dan luas panen berturut-turut 12,19 juta ha dan 12,94 juta ha.
Itu semua jumlah yang tidak sedikit perlu strategi-strategi untuk mencapainya beberapa kiat harus kita lakukan untuk mengkesinambungkan antara lain kita harus memperhatikan kekuatan kita atau seberapa kuat bisa terlaksanakan dan yang paling penting tentunya kondisi alam khususnya tanah meskipun iklim juga berpengaruh dalam hal ini karena menentukan musim namun ketika iklim tidak mendukung kita bisa membuat sebuah rekayasa. Menurut FAO(1996) tanah sawah yang intensif ditandai dengan hasil panen yang dapat dicapai melebihi 8 ton/ha dengan satu atau lebih musim tanam dalam satu tahun, pada tanah sawah intensif seperti itu akan terjadi pengurasan hara yang tersedia di dalam tanah. Ketersediaan air irigasi yang bisa mencukupi sepanjang tahun telah mendorong para petani menanam padi secara terus menerus dan tidak memerhatikan dampak kegiatan tersebut.
Dibalik semua itu pasti para petani juga melakukan suatu hal seperti penggunaan benih padi yang unggul, penggunaan benih unggul tersebut memacu pemakaian pupuk-pupuk yang berdampak tidak baik  bagi tanah karena merubah sifat fisik, kimia dan biologi tanah. Padahal  yang mereka inginkan hanyalah tanahnya menjadi subur, tanah yang subur adalah tanah yang apabila ditanami tumbuhan/tanaman bisa memberikan hasil yang banyak.  Namun sekarang keadaan berbalik, tanah menjadi tidak begitu subur sekarang  karena banyak petani menggunakan pupuk anorganik, memang pupuk anorganik pengadaanya cukup mudah karena banyak dijual dibanyak tempat tidak sesulit pupuk buatan sendiri atau pupuk organik yang harus menunggu cukup lama untuk mendapatkannya. Pupuk anorganik adalah pupuk yang dibuat dari campuran senyawa-senyawa kimia contohnya seperti urea dan ponska sedangkan pupuk organik adalah pupuk yang dibuat dari bahan-bahan alami salah satu contohnya adalah pupuk kandang yang terbuat dari sisa kotoran hewan. Setelah kita lihat dampak dari penggunaan pupuk anorganik bagi tanaman yang  khususnya akan berdampak lebih besar bagi tanah karena mereka digunakan terus-menerus oleh petani untuk membuat tanamannya yang ditanam sawah cepat tumbuh dan dapat menghasilkan hasil yang melimpah, kita harus mempunyai upaya-upaya untuk mengurangi penggunaan pupuk anorganik yang salah-satunya kita harus menggunakan cara lama untuk menguranginya yaitu dengan penggunaan pupuk oraganik dalam pengolahan sawah diera sekarang.
Jadi untuk meningkatkan hasil panen sawah yang khususnya padi untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari harus menggunakan cara-cara yang tidak merugikan bagi lainnya yang artinya harus ada keseimbangan antara keinginan petani dan alam. Karena alam merupakan anugerah yang tak ternilai harganya, kita bisa hidup di alam dan mengurasnya untuk kepentingan individu tidak pernah memikirkan dampak yang dihasilkan, untuk itu peliharalah alam dengan benar gunakan cara-cara yang benar untuk memulainya agar kelak bisa menjadi tabungan untuk anak cucu kita.
















DAFTAR PUSTAKA

Balai Besar Penelitian Tanaman Padi. (2015). Olah Tanah dan Tanam Padi Gogo. Kementrian Pertanian: http://bbpadi.litbang.pertanian.go.id/index.php/berita/info-teknologi/content/108-olah-tanah-dan-tanam-padi-gogo.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Pengantar Manajemen "MOTIVASI"

Contoh Poetry (Puisi)

Pengantar Bisnis (Lingkungan Bisnis Global)